Design a site like this with WordPress.com
Mulakan

HIDAYAH HAK ALLAH

 

1 JANGAN MENCELA PEMERINTAH

1 DOA YDP

1 T M BINA NEGARA 22 TAHUN

1 Tun Islam

1 PH

1 TANGAN JADI SAKSI

1 TUN SAYANG

HIDAYAH HAK ALLAH

Syeikh Sya’rawi berkata: “Sesungguhnya hisab di dunia kadang-kadang ditakhirkan Allah SWT hingga ke akhirat dan alamat kecil tanda kiamat yang kita sedang menjalaninya dan banyak tanda besar kiamat yang belum berlaku.

“Kadang-kadang akhirat nisbah kepada yang merasa lambat hisab lebih cepat daripada hisab dunia.Perkataan hisab ialah menunjukkan ketenangan orang yang beriman bahawa Allah SWT bersifat Maha Adil sehingga tidak mengabaikan siapa yang kafir dan derhaka dengannya”.

Sebab Nuzul

Al-Alusi berkata: “Ayat ini menjadi khilaf siapa yang berdebat dengan Rasulullah SAW berkenaan agama selepas dikemukakan hujah”.

Mengikut al-Hasan ia kepada Yahudi dan Nasrani. Sedangkan Abu Muslim berpendapat kepada semua manusia. Muhammad bin Jaafar bin al-Zubair pula berpendapat ia ditujukan kepada Kristian Najran.

Iktibar dan fiqh ayat:

Al-Qurtubi berkata: “Mereka berdebat dengan Nabi SAW dengan menggunakan hujah yang palsu dan silap”.

lIbn al-Jauzi berkata: “Maksud firman Allah SWT dengan Oleh sebab itu jika mereka berhujah (menyangkal dan) membantahmu (Wahai Muhammad), ialah mereka telah berhujah dan memusuhimu.

lMuqatil berkata: Yakni golongan Yahudi. Ibn Jarir berkata: Yakni kristian Najran dalam urusan Isa AS dan yang lain dari keduanya berpendapat iaitu gabungan dari Yahudi dan Kristian.

lAl-Mawardi berkata: “Maksud firman Allah SWT dengan Oleh sebab itu jika mereka berhujah (menyangkal dan) membantahmu (Wahai Muhammad), maka katakanlah: “Aku telah berserah diriku kepada Allah”.
Ada dua pendapat:
Pertama: “Aku berserah diriku dalam mengikhlaskan tauhid kepada-Nya”.

Kedua: “Aku mengikhlaskan qasad dan tujuanku kepada Allah SWT dan ibadat”.

Syeikh Abu Zahrah berkata: “Ayat ini menerangkan berkenaan hujah mereka terhadap Nabi SAW yang tidak ada sebarang asas untuk mematuhi kebenaran sehingga nyata. Ini kerana matlamat mereka tidak mengikut kebenaran dan berhujah dengan kebatilan”.

Al-Maraghi berkata: “Sekiranya mereka mahu menyerah dengan penyerahan yang menjadi jiwa agama itu, maka mereka akan dapat balasan pahala yang besar dan terselamat daripada jurang kesesatan. Ini kerana penyerahan diri mereka dalam bentuk seperti ini menyebabkan mereka akan menerima apa sahaja yang engkau bawa.

“Ini disebabkan orang yang memiliki pergerakan diri, hatinya akan diterangi untuk menuju ke jalan yang benar dan menjadi orang yang paling dekat untuk menerima kebenaran ketika kebenaran itu terserlah dan nyata kepadanya.

“Allah Maha Mengetahui orang yang menutup hati dan pandangannya, sehingga dia menjadi putus asa terhadap petunjuk Tuhannya. Allah SWT pun Maha Mengetahui orang yang dapat diharapkan menerima petunjuk dan taufik selepas menerima dakwah”.

Hamka berkata: “Selain ditilik dan dipandang Tuhan bagaimana cara hambanya menegakkan keyakinannya dan menyampaikan seruannya. Kalau mereka tidak melanjutkan tugas Rasul iaitu bertabligh maka kian gelaplah penerangan agama.

“Oleh yang demikian agama hanya tinggal nama. Akibat dari penyerahan itu tidak lain ialah kepatuhan dan taat mengerjakan yang diperintahkan dan menghentikan yang dilarang. Penyerahan diri ini menjadi bulat kepada yang satu itulah Tauhid.Itulah Islam yang sejati dan mereka yang tidak insaf mereka pun menyerah diri kepada thaghut dan syaitan”.

Muhammad Quraish Shihab berkata: “Perhatikanlah ucapan yang diajarkan ini. Nabi SAW diperintahkan untuk menyebut dirinya terlebih dahulu dan dalam bentuk tunggal, kemudian baru menyebut pengikut-pengikutnya.“Pemisahan itu bukan saja untuk mengisyaratkan bahawa penyerahan wajah Rasul serta keikhlasan beliau lebih sempurna dari pengikut-pengikut beliau dan lebih penting tanggungjawab utama terletak di atas bahu baginda.Janganlah meletakkan tanggungjawab kepada pemimpin bahkan jangan membebani mereka dengan melupakan dirimu sebagai pemimpin.Begitu kesan yang kita perolehi”.

Ayat ini jelas menunjukkan betapa musuh-musuh Islam sentiasa mencabar kebenaran Islam sekalipun dhamir hatinya mengakui tentang kebenaran yang dibawa oleh Nabi SAW.

Mereka yang mendapat hidayah dan mengikut agama Allah SWT adalah golongan yang berbahagia hidup di dunia serta akhirat sebaliknya mereka yang mengingkari akan menemui natijah yang cukup dahsyat pada hari akhirat kelak. Ini kerana Allah SWT pasti melihat segala tindak-tanduk hambanya.

Semoga Allah SWT menjadikan kita di kalangan hamba-hamba-Nya yang sentiasa mentaati Rasul-Nya dan beristiqamah dengan agama yang sebenar.

http://pmr.penerangan.gov.my/index.php/agama/rencana-agama/1714-hidayah-hak-allah

SIAPA ORANG MUNAFIK DAN APA DALIL DALAM QURAN ?

2 NAJIB AS2.7B

1 MUJAHID BANTU TAHFIZ

1 IMAM SYAFIE

1 AL AMIN HADI BOHONG

1 AZHAR SOLAT TIDAK DITERIMA

1 RASUAH NASHA DAN MAZA

1 ZALIM 4

1 SEDEKAH KE NERAKA

1 TUN SAYANG

Dalam Islam terdapat 3 ciri-ciri orang munafik seperti yang disampaikan oleh baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم – قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat (HR. Al- Bukhari)

Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Al-Iman hadist nomer 33. Hadist tersebut masuk kedalam bab berjudul Baabu Alaamati Munaafiq yang artinya Bab Tanda-tanda Orang Munafiq.

Penjelasan Hadist

  • Kata munafik berarti orang-orang yang nifak. Nifak secara bahasa maknanya adalah berbeda antara apa yang tampak (lahir) dan tidak tampak (batin). Apabila perbedaan itu menyangkut perkara iman maka orang tersebut tersebut termasuk nifaq i’tiqad. Contohnya orang yang berkata “Kami beriman” tetapi mengingkari di dalam hati.
  • Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ketika berdakwah di Madinah terdapat orang-orang munafik seperti itu. Nama orang yang terkenal dengan sifat kemunafikannya tersebut adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.
  • Menurut Ibnu Katsir, nifak adalah memperlihatkan kebaikan dan menyembunyikan kejelekan. Sementara itu, Ibnu Juraij berkata bahwa orang munafik itu adalah orang yang perkataanya berlawanan dengan apa yang ia kerjakan dan batinnya menyelisihi lahiriahnya.

Dalil Dalam Quran Tentang Orang Munafik

  • Surat Ali ‘Imran Ayat 156. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”. Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan“.
  • Surat An-Nisa’ Ayat 81. Artinya: “Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: “(Kewajiban kami hanyalah) taat”. Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung“.
  • Surat An-Nisa’ Ayat 138. Artinya: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih“.
  • Surat An-Nisa’ Ayat 140. Artinya: “…Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam“.
  • Surat An-Nisa’ Ayat 142. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali“.
  • Surat An-Nisa’ Ayat 145. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”.
  • Surat Al-Anfal Ayat 49. Artinya: “(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang beriman) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.
  • Surat At-Taubah Ayat 56. Artinya: “Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu)“.
  • Surat At-Taubah Ayat 63. Artinya: “Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahannamlah baginya, mereka kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar“.
  • Surat At-Taubah Ayat 67. Artinya: “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik“.
  • Surat At-Taubah Ayat 68. Artinya: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal“.
  • Surat At-Taubah Ayat 79. Artinya: “(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih“.
  • Surat Hud Ayat 5. Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad). Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati“.
  • Surat Al-Ahzab Ayat 12. Artinya: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya“.
  • Surat Al-Ahzab Ayat 48. Artinya: “Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung“.
  • Surat Al-Munafiqun Ayat 1. Artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta“.
  • Surat At-Tahrim Ayat 9. Artinya: “Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali”.

https://islamislami.com/2018/05/23/siapa-orang-munafik-dan-apa-dalil-dalam-quran/

KENALI TANDA DAN GEJALA UMAT YANG MUNAFIK ?

2 HADI ULAMAK PALSU

1 2 MAKHLUK ASING

1 46 x BOHONG

1 ULAR PAS

Screenshot_2019-11-30-08-27-55-87

1 KOLEKSI NAJIB JAHAT

1 ATM UMNOPAS KHIANAT

 

Allah swt menyebutkan ciri-ciri orang-orang munafik pada ayat-ayat. al Quran dengan sepuluh sifat, yaitu al-kadzab (dusta), al-khida’ (reka daya), al-makr (makar),as-safih (dungu), istihza’ (penghinaan), al-ifsad (berbuat kerusakan), al-jahl (bodoh), adh-dhalal (sesat), at-tadzabdzub (terombang-ambing), as-sukhriyyah(sombong).Orang-orang munafik, menampakkan imannya, tetapi batin mereka tidak beriman sebagaimana orang-orang kafir. Karena itulah Rasulullah SAW sangat berhati-hati terhadap mereka, dan memperingatkan kepada seluruh kaum muslim agar waspada, sebab sebenarnya mereka sangat berbahaya.

Munāfiq atau Munafik (munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, namun sebenarnya hati mereka memungkirinya.Dalam Al Qur’an terminologi ini merujuk pada mereka yang tidak beriman namun berpura-pura beriman.“ Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”, dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Surah Al-Munafiqun 63:1-3) ”
Ciri-ciri

Berdasarkan hadits, Nabi Muhammad mengatakan: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat”. Kemudian ada hadits lain yang menjelaskan bahwa berdebat hingga melampaui batas termasuk dalam kategori munafik.

KENALI TANDA DAN GEJALA UMAT YANG MUNAFIK ?

  • Mengolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW Termasuk dalam kategori Istihzaa’ (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-hal yang disunnah Rasulullah SAW dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, jatuh Kafir. Firman Allah SWT: “Katakanlah, Apakah dengan Allah SWT, Ayat-Ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)
  • Sedikit Berzikir Firman Allah SWT: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’: 142) .
  • Hadith Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid: “Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa.” Di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), Rasulullah SAW bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.”Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
  • Sabda Rasulullah SAW: “Dan apabila berjanji, dia berkhianat.” Barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang dengan mudah kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab uzur syar’i maka telah melekat pada dirinya salah satu tanda kemunafikan. Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Khianat hukumannya bisa dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan orang lagi bahkan bisa dihukum penjara dan denda secara pidana. Contoh berkhianat yaitu seperti oknum anggota TNI yang menjadi mata-mata bagi pihak asing atau teroris. Contoh lainnya yaitu seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatan yang digunakan dengan cara menilep uang setoran pajak.
  • Fujur Dalam Pertikaian Sabda Rasulullah SAW: “Dan apabila bertengkar (bertikai), dia melampau batas.
  • Ingkar Janji Sabda Rasulullah SAW: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (HR. Bukhari Muslim). Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
  • Malas Beribadah Firman Allah SWT: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas.” (An-Nisa’: 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau surau, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh kerana itu, ketika sampai di dalam masjid atau surau dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyemak dan menghayatinya.
  • Riya Di hadapan manusia dia sholat dengan khusyuk tetapi ketika seorang diri, dia mempercepatkan sholatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
  • Mempercepat SholatMereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepatkan sholat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah SWT di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya. Hadith Nabi SAW: “Itulah sholat orang munafik, … lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)”
  • Mencela Orang-Orang Yang Taat Dan Soleh Mereka memperlekehkan orang-orang yang Taat dengan ungkapan yang mengandung cemuhan dan celaan. Oleh kerananya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang Taat kepada Allah SWT
  • Bersumpah Palsu Firman Allah SWT: “Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai.” (Al-Munafiqun: 2 & Al-Mujadilah: 16). Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: “Demi Allah, sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya kamu adalah sahabatku.”
  • Enggan Berinfak Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan kerana riya’ dan sum’ah. Mereka enggan bersedekah, kerana pada hakikatnya, mereka tidak menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.
  • Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah yang disebut At Takhdzil. iaitu, sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan membiarkan kaum muslimin. Orang munafik berpendapat bahawa orang-orang kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.
  • Suka Menyebarkan Khabar Dusta Orang munafik senang memperbesar peristiwa atau kejadian. Jika ada orang yang tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis pertemuan. “Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?” Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahawa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mahu mengungkapkannya kepada masyarakat.
  • Mengingkari Takdir Orang munafik selalu membantah dan tidak redha dengan takdir Allah SWT. Oleh kerananya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: “Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini.” Dia pun selalu mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Takdir.
  • Mencaci Maki Kehormatan Orang-Orang Soleh Apabila orang munafik membelakangi orang-orang soleh, dia akan mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat, dan menjatuhkan kehormatan mereka di majlis-majlis pertemuan. Firman Allah SWT: “Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.” (Al-Ahzab: 19)
  • Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki uzur say’i, namun tidak mahu mendatangi masjid/surau ketika mendengar panggilan azan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.
  • Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan PerbaikanFirman Allah SWT: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 11-12).
  • Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin Secara Zahir mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam hatinya ia main-main.
  • Takut Terhadap Kejadian Apa SajaOrang-orang munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu tidak tenang, keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa disibukkan oleh persoalan-persoalan hidup apapun. Dia selalu berharap: “Tinggalkan dan biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah.” Padahal, keadaannya tidaklah lebih baik.
  • Beruzur Dengan Dalih Dusta Firman Allah SWT: “Di antara mereka ada orang yang berkata: ‘Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.’ Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (At-Taubah: 49)
  • Menyuruh Kemungkaran Dan Mencegah Kemakrufan Mereka (orang munafik) menginginkan agar perbuatan keji tersiar di kalangan orang-orang beriman. Mereka menggembar-gemburkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konsert, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkotik.
  • Bakhil Orang-orang munafik sangat bakhil dalam masalah-masalah kebajikan. Mereka menggenggam tangan mereka dan tidak mahu bersedekah atau menginfakkan sebahagian harta mereka untuk kebaikan, padahal mereka orang yang mampu dan berkecukupan.
  • Lupa Kepada Allah SWT Segala sesuatu selalu mereka ingat, kecuali Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka senantiasa ingat kepada keluarganya, anak-anaknya, lagu-lagu, berbagai keinginan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi. Dalam fikiran dan batin mereka tidak pernah terlintas untuk mengingat (dzikir) Allah SWT, kecuali sebagai tipuan semata-mata.
  • Mendustakan Janji Allah SWT Dan Rasul-Nya Firman Allah SWT: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya.” (Al-Ahzab: 12).
  • Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Bathin Orang munafik lebih mementingkan zahir dengan mengabaikan yang batin, tidak menegakkan sholat, tidak merasa diawasi Allah SWT, dan tidak mengenal zikir. Pada zahirnya, pakaian mereka demikian bagus menarik, tetapi batin mereka kosong, rusak dan lain sebaginya.
  • Sombong Dalam Berbicara Orang-orang munafik selalu sombong dan angkuh dalam berbicara. Mereka banyak omomg dan suka memfasih-fasihkan ucapan. Setiap kali berbicara, mereka akan selalu mengawalinya dengan ungkapan menakjubkan yang meyakinkan agar tampak seperti orang hebat, mulia, berwawasan luas, mengerti, berakal, dan berpendidikan. Padahal, pada hakikatnya dia tidak memiliki kemampuan apapun. Sama sekali tidak memiliki ilmu bahkan bodoh.
  • Tidak Memahami Ad Din Di antara “keistimewaan” orang-orang munafik adalah: mereka sama sekali tidak memahami masalah-masalah agama. Dia tahu bagaimana mengenderai mobil dan mengerti perihal mesinnya. Dia juga mengetahui hal-hal remeh dan pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah memberi manfaat kepadanya meski juga tidak mendatangkan mudharat baginya. Akan tetapi, apabila menghadapi untuk berdialog (bertanya tentang persoalan-persoalan Ad Din (Islam)), dia sama sekali tidak boleh menjawab.
  • Bersembunyi Dari Manusia Dan Menentang Allah Dengan Perbuatan DosaOrang munafik menganggap ringan perkara-perkara terhadap Allah SWT, menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi, ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia menunjukkan sebaliknya: berpura-pura taat.
  • Firman Allah SWT: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahsia yang Allah tidak ridhoi.” (An-Nisa’: 108)
  • Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Bila Melihat Orang lain Senang. Orang munafik apabila mendengar berita bahawa seorang ulama yang soleh tertimpa suatu musibah, dia pun menyebarluaskan berita duka itu kepada masyarakat sambil menampakkan kesedihannya dan berkata: “Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan. Kami telah mendengar bahawa si fulan telah tertimpa musibah begini dan begitu. Semoga Allah memberi kesabaran kepada kami dan beliau.” Padahal, di dalam hatinya dia merasa senang dan bangga akan musibah itu

Karena orang munafik itu tidak sehat keyakinannya, maka akhirnya pendiriannya tidak menentu, terombang-ambing ke sana dan ke mari. Perumpamaan orang munafik adalah seperti domba yang bingung antara dua kambing, kadang-kadang tersesat ke sini dan kadang-kadang tersesat ke sana (Shahih Muslim). Sekalipun demikian, mereka tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang dan tidak adil, sebab mereka masih dapat diharapkan kembali kepada kebenaran, insya Allah, dan dengan tegas Rasulullah melarang berbuat sewenang-wenang kepada mereka.

  • Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
  • Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta.
  • Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
  • Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
  • Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”, tetapi bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”
  • Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
  • Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
  • Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
  • Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
  • Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati, dan Allah meliputi orang-orang yang kafir .
  • Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.. (Qs. al-Baqarah: 8-20)

Tafsir Mufradat

An-Nas: bentuk ism jama’, seperti “qaum”, dan bentu)kmufrad (tunggal)-nya: insan, yang diambil dari lafal lain. Artian-Nas: manusia. (Ibnu Manzur, di bawah kata anasa). Dalam al-Qur’an, kata tersebut diulang sebanyak 241 kali.

Al-Yaum al-akhir: hari akhir; hari akhir dimulai dari saat dikumpulkannya manusia di makhsyar (tempat dikumpulkannya manusia sesudah dibangkitkan) hingga waktu yang tidak terhingga, atau hingga ahli surga masuk dalam surga dan ahli neraka masuk ke dalam neraka. (al-Maraghi, 1: 49). Dalam al-Qur’an, kata tersebut diulang sebanyak 141 kali, 58 diantaranya dihubungkan dengan kata “ad-Dunya” (dunia), untuk memberikan pengertian bahwa masalah ukhrawi (keakhiratan) tidak dapat dipisahkan dengan masalah duniawi (keduniaan).

Al-Qulub: bentuk jama’ dari “al-Qalb” (hati), pada ayat tersebut di atas, al-Qalb berarti akal. Asy-Syaitan: al-Ba’id (yang jauh), disebut syaitan karena jauh dari kebenaran, jauh dari rahmat Allah. Kata tersebut berasal dari kata “syatana-yasytunu-syatnan” (jauh; menyimpang). Pada ayat tersebut, asy-syaitan berarti penyebar fitnah, pembuat kerusakan, pembela kebathilan yang menghalang-halangi agar tidak mengikuti kebenaran, dengan cara menghembuskan keragu-raguan dan menanamkan permusuhan serta pertikaian dalam masyarakat. (Rasyid Rida, I: 163). Dalam al-Qur’an, kata tersebut diulang sebanyak 88 kali.18 diantaranya dalam bentuk jama’.

Tafsir ayat

  • Menurut Ibnu ‘Abbas, ayat-ayat tentang orang-orang munafik diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik dari suku Khazraj dan suku Aus. (Ibnu Kasir, tafsir al-Qur’an al-‘Azim, I: 83). Orang yang paling terkenal dikalangan orang-orang munafik ialah ‘Abdullah bin Ubay bin Salul. (Al-Qasimiy, 1978, II:44).
  • Pada ayat sebelumnya (2-5), Allah telah menjelaskan sifat-sifat golongan mukminin, orang-orang yang bertaqwa kepada Allah, yang mengikhlaskan (memurnikan) agamanya hanya untuk mencari keridaan Allah SWT, yang batinnya sama dengan perbuatan dan perkataannya. Kemudian pada ayat berikutnya, yaitu ayat 6-7, Allah menjelaskan sifat-sifat para orang kafir, yang menentang dan mengingkari ketauhidan Allah, baik lahir maupun batinnya. Kemudian pada ayat 8-20 Allah menjelaskan tingkah laku dan sifat-sifat golongan munafiqin, yaitu orang-orang yang menampakkan keimanan dan kebaikannya, tetapi merahasiakan kejahatannya. Menurut Ibnu Juraij, orang munafik ialah orang yang perkataannya tidak sama dengan perbuatannya, batinnya tidak sama dengan lahirnya. (Ibnu Katsir, 1966, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, I:83).
  • Sifat-sifat orang munafiq sebagian besar diterangkan dalam surat-surat madaniyah (surat yang diturunkan sesudah Nabi hijrah ke Madinah), sebab di Makkah, sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah, belum terdapat nifaq (kemunafikan), bahkan sebaliknya, sebagian orang menampakkan kekafirannya, dalam hatinya ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
  • Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, mengatakan bahwa munculnya orang-orang munafik sesudah perang Badar Kubra, setelah orang-orang dari suku Khazraj dan suku Aus masuk Islam, yang kemudian terkenal dengan “golongan Anshar”. (Ibnu Katsir, 1966, I: 84).
  • Tujuan penjelasan tentang sifat-sifat orang-orang munafik pada ayat-ayat tersebut di atas, ialah agar orang-orang mukmin tidak terpedaya oleh mereka dan agar terhindar dari segala macam kerusakan. Sifat orang-orang munafik sebagaimana disebutkan pada ayat 8-20 surat al-Baqarah antara lain ialah: mengaku beriman, berusaha menipu Allah SWT, Rasulullah SAW dan orang-orang mukmin dengan cara berpura-pura beriman kepada Allah, berpura-pura cinta kepada Nabi, dan berpura-pura cinta kepada orang-orang mukmin, tetapi sebenarnya mereka mengingkari Allah dan Rasul-Nya dan memusuhi Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Pada ayat-ayat tersebut (8-9) memang tidak disebutkan penipuannya kepada Rasul, tetapi secara rasional, setiap penipuan kepada Allah adalah penipuan kepada Rasul, sebab Rasulullah adalah utusan Allah yang menyampaikan perintah-Nya. Dengan demikian pula setiap penipuan kepada Rasul, adalah juga penipuan kepada Allah, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَ‌ۖ Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah (Qs. an-Nisa/4: 80).

Sifat munafik, sebagaimana disebutkan pada ayat 8-10, juga diungkapkan pada ayat-ayat lainnya, seperti dalam QS at-Taubah (9) ayat 64, 67, 68, 77, 97 dan 101, QS al-Ahzab (33) ayat 12, 60, 73, dan di beberapa ayat lainnya.

Munafik Dalam Hadist

  • Sifat munafik juga diungkapkan dalam beberapa hadits, seperti: Kamu akan menemukan orang yang paling jahat bagi Allah pada hari kiamat, yaitu orang yang bermuka dua, jika bertemu dengan segolongan orang, bermuka begini, tetapi jika bertemu dengan golongan lainnya, bermuka lain. (Sahih al-Bukhariy, dari Abi Hurairah, kitab al-Adab, IV: 39).
  • Dalam hadis lainnya Rasulullah bersabda:أَيَةُ الْمُنَافِقُوْنَ ثَلاَثٌ: إذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا أُؤْتُمِنَ خَان Ciri-ciri orang munafik ada tiga: apabila berkata selalu berdusta, apabila berjanji selalu mengingkarinya, dan apabila diberi amanat selalu mengkhianatinya.

Dari penjelasan hadis tersebut, sangat tampak bahwa orang munafik di mana pun dan kapan pun sangat berbahaya.Karena itulah Rasulullah SAW sangat berhati-hati terhadap mereka, sebab sifat-sifat yang demikianlah yang merusak kehidupan masyarakat.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini di terangkan ayat demi ayat.Pada ayat 8-10, sifat-sifat orang munafik diungkapkan sebagai berikut.

  • وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ (8) يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ (9) فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضً۬ا‌ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ 10
  • Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (8). Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (9). Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (10).
  • Ketika menafsirkan ayat 8 dan 9 tersebut, Rasyid Rida menjelaskan bahwa ayat tersebut bukanlah berkenaan dengan orang-orang munafik yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an, maupun yang hidup pada masa sekarang ataupun yang hidup pada masa yang akan datang. Karena itulah pada ayat tersebut tidak disebutkan: “dan iman kepadamu hai Muhammad”. (Rasyid Rida, I: 149).
  • Pada ayat 10, dinyatakan bahwa “dalam hati mereka ada penyakitnya, lalu ditambah Allah penyakitnya.” Pada ayat tersebut digunakan kata isti’arah (metafora): pemakaian kata yang bukan dengan arti yang sebenarnya, karena yang dimaksudkan dengan penyakit dalam hati, bukanlah karena hatinya terkena kuman atau virus, melainkan yang dimaksudkan, ialah bahwa keyakinan mereka tidak sehat, sebab tidak sesuai dengan al-Qur’an. Maka hati orang-orang mukmin dikatakan sehat, sebab keyakinannya sehat, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٍ۬ سَلِيمٍ۬ Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qs. asy-Syu’ara/26: 89).
  • Karena orang munafik itu tidak sehat keyakinannya, maka akhirnya pendiriannya tidak menentu, terombang-ambing ke sana dan ke mari, sebagaimana diungkapkan dalam suatu hadits Nabi SAW:مَثَلُ الْمُنَافِقُوْنَ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْمَائِرَةُ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيْرُ إِلَي هَذَا مَرَّةً وَإِلَي هَذَا مَرَّةً Perumpamaan orang munafik adalah seperti domba yang bingung antara dua kambing, kadang-kadang tersesat ke sini dan kadang-kadang tersesat ke sana. (Shahih Muslim, dari Ibnu ‘Umar, Sifatul Munafiqin: 17).
  • Sekalipun demikian, mereka tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang dan tidak adil, sebab mereka masih dapat diharapkan kembali kepada kebenaran, insya Allah, dan dengan tegas Rasulullah melarang berbuat sewenang-wenang kepada mereka, sebagaimana diungkapkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdillah:
  • Datanglah seseorang kepada Rasulullah SAW di Ji’narah, dan baru saja keluar dari perang Hunain. Ketika itu Bilal membawa perak dalam bajunya, kemudian Rasulullah mengambilnya dan membagikannya kepada orang-orang yang berada di tempat itu. Lalu berkatalah orang tersebut: Hai Muhammad berbuat adil! Kemudian bersabdalah Rasulullah: Mengapa kamu berkata seperti itu? Siapa yang dapat berbuat adil jika saya tidak berbuat adil? Sungguh aku gagal dan merugi, jika tidak dapat berbuat adil. Kemudian berkatalah ‘Umar bin Khattab: Ya Rasulullah, biarlah saya bunuh orang munafik itu. Kemudian Rasulullah bersabda: Jangan! Aku mohon perlindungan kepada Allah dari perbincangan orang, bahwa saya membunuh sahabatku. Sesungguhnya orang-orang munafik ini dan sahabat-sahabatnya juga membaca al-Qur’an, tetapi tidak sampai ke kerongkongan mereka, mereka melepaskannya sebagaimana lepasnya anak panah dari sasarannya.” (Shahih Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah, Kitabuz-Zakah: 142).
  • Ketika menafsirkan ayat ini, Rasyid Ridha menjelaskan, bahwa yang dimaksudkan dengan “qalb” (hati) adalah akal, dan yang dimaksudkan dengan penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menggangu akal, sehingga daya tangkapnya menjadi lemah dan timbullah keraguan dan kesamaran serta kegelapan. (Rasyid Rida, I: 153). Akal adalah salah satu unsur yang membedakan antara yang hak dan yang batil, jika akalnya sehat, ia akan lebih cinta kebenaran dan dapat terhindar dari keraguan dan kegoncangan. Orang munafik dilukiskan sebagai orang yang hatinya berpenyakit, karena ia lebih suka kebatilan, sebab akalnya tidak sehat atau lemah, sehingga merusak aqidah.

Menurut Muhammad Abduh, sebab-sebab kelemahan akal ialah:

Karena pembawaan, seperti idiot.Karena kesalahan pendidikan dan pengarahan terhadap akalnya, seperti muqallid (orang yang mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui alasan-alasannya), yang mengikuti nenek moyangnya tanpa mengetahui alasan-alasannya. (Rasyid Rida, I: 154). Orang seperti inilah yang dilukiskan dalam firmannya:وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَا وَجَدۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآ‌ۚ أَوَلَوۡ ڪَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ يَدۡعُوهُمۡ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ 21 Dan apabila dikatakan kepada mereka, “ikutilah apa yang diturunkan Allah”, mereka menjawab, “(tidak), tapi kami akan mengikuti apa yang kami dapati (dijalani) moyang kami”. Apakah mereka (akan mengikuti moyang mereka) walaupun syaitan memanggil mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (Qs. Luqman/31: 21)

Akhirnya mereka menyesali perbuatannya, sebagaimana dilukiskan dalam firmannya:وَقَالُواْ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۟ 67  Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)(Qs. al-Ahzab/33: 67)

Penyakit orang munafik terus bertambah dan berkembang setiap datang ajakan kepada kebenaran, bahkan semakin bertambah dendam dan dengkinya kepada Rasulullah SAW, sebagaimana dilukiskan dalam firman Allah:وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬ فَزَادَتۡہُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ ڪَـٰفِرُونَ 125 Adapun orang-orang yang hatinya ada penyakit, maka bertambahlah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir (Qs. at-Taubah/9: 125).

Kemudian ayat 10 ditutup dengan ancaman: bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, karena kebohongannya.

Selain ancaman yang disebutkan pada akhit ayat 10, terdapat juga ancaman-ancaman terhadap oorang-orang munafik yang lebih keras, antara lain ialah:إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِيرًا 145 Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka(Qs. an-Nisa/4: 145).

Ancaman-ancaman Allah terhadap orang-orang munafik, bertujuan untuk memperingatkan bahwa dusta itu sangat besar dosanya, sebab dusta adalah sumber segala kejahatan. Pada ayat 11 dan 12, sifat orang munafik diungkapkan sebagai berikut (terjemah)

  • Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar(QS al-Baqarah: 11-12).
  • Al-Qosimiy, dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan perbuatan kerusakan di muka bumi, ialah memberikan bantuan kepada orang-orang kafir dalam memusuhi oarang-orang Islam, dengan menyampaikan rahasia orang-orang Islam kepada orang-orang kafir, membuat provokasi, menjadikan orang-orang kafir sebagai teman karib, mengajak orang-orang kafir agar mendustakan Nabi SAW, menanamkan sikap keragu-raguan dan dendam, sehingga mengobarkan permusuhan orang-orang kafir terhadap Nabi dan menimbulkan peperangan yang mengakibatkan kerusakan besar di muka bumi ini (al-Qosimiy, II: 47). Namun, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka telah berbuat kerusakan. Bahkan lebih parah lagi, karena mereka telah menghalang-halangi orang-orang dari kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW.

Pada ayat 13, kesombongan orang-orang munafik dilukiskan sebagai berikut (terjemah):

  • Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu(QS al-Baqarah: 13)
  • Mereka beranggapan bahwa para pengikut Nabi SAW adalah orang-orang bodoh. Orang-orang Muhajirin dikatakan bodoh, karena mereka meninggalkan kampung halamannya serta rumah-rumah yang ada di Makkah. Adapun orang-orang Anshar, mereka dianggap bodoh, karena mereka bergabung dengan orang-orang Muhajirin. (al-Maraghiy, 1969, II: 45).
  • Ketika menafsirkan ayat tersebut, Rasyid Rida menjelaskan bahwa diantara orang-orang munafik yang paling jahat adalah Abdullah bin Ubay bin Salul dan para sahabatnya. Mereka tidak sadar bahwa merekalah sebenarnya yang bodoh. (Rasyid Rida, I: 161).

Kejahatan orang-orang munafik tidak terbatas hanya dalam masalah keimanan saja, melainkan juga dalam masalah sosial ekonomi, sebagaimana diungkapkan dalam firmannya:

هُمُ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنفِقُواْ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّواْ‌ۗ وَلِلَّهِ خَزَآٮِٕنُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ لَا يَفۡقَهُونَ 7

  • Merekalah orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami (Qs. al-Munafiqun/63: 7)
  • Kemudian ayat tersebut ditutup dengan firmannya: “ Wa lakin la ya’lamun” (tetapi mereka tidak tahu), memberikan pengertian bahwa iman itu harus berdasarkan ilmu dan keyakinan, sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat tidak dapat dicapai kecuali dengan mengetahui hakikatnya, sedang hakikat tidak dapat diketahui kecuali dengan ilmu.

Kemudian sifat orang-orang munafik dilukiskan lebih jelas lagi pada ayat 14 dari surat al-Baqarah (terjemah):

  • Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.” (QS al-Baqarah: 14)
  • Demikianlah ciri-ciri orang-orang munafik pada masa turunnya al-Qur’an; pada masa Nabi SAW. Kemunafikan dan kerusakan akhlaknya sudah tidak terukur lagi. Mereka menampakkan diri dengan dua wajah dan berkata dengan dua mulut. Ciri-ciri semacam itu telah diwarisi oleh orang-orang munafik masa kini, bahkan lebih canggih lagi, sehingga kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan pun lebih besar.
  • Sebenarnya orang-orang munafik itu merahasiakan sikap mereka dengan sangat ketat, agar tidak ketahui oleh kaum mu’minin, tetapi Allah membukanya lewat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW, sehingga dapat diketahui rencana jahat mereka terhadap orang-orang mu’min.

Kemudian Allah membalas olok-olokan mereka dengan balasan yang lebih pedih, sebagaimana ditegaskan pada ayat berikutnya; ayat 15 (terjemah).

  • Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (Qs. Al-Baqarah: 15)
  • Olok-olokan Allah tersebut dilakukan dengan cara memperpanjang kenikmatan-Nya kepada mereka dan menunda siksaan-Nya terhadap mereka, sehingga mereka merasa sangat tersiksa karena tertipu. (Rasyid Rida, II:164).
  • Orang-orang munafik sebenarnya telah berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk menipu Nabi SAW dan orang-orang mu’min, tetapi tipu daya Allah SWT lebih baik, seperti diungkapkan dalam firman-Nya:
  • وَمَڪَرُواْ وَمَڪَرَ ٱللَّهُ‌ۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَـٰكِرِينَ
  • Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya. (Qs. Ali Imran/3: 54).
  • Bentuk istihza’ (olok-olokan) Allah kepada orang-orang munafik diungkapkan juga dibeberapa ayat lainnya dengan ungkapan yang berbeda, seperti:
  • يَوۡمَ يَقُولُ ٱلۡمُنَـٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَـٰفِقَـٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱنظُرُونَا نَقۡتَبِسۡ مِن نُّورِكُمۡ قِيلَ ٱرۡجِعُواْ وَرَآءَكُمۡ فَٱلۡتَمِسُواْ نُورً۬ا فَضُرِبَ بَيۡنَہُم بِسُورٍ۬ لَّهُ ۥ بَابُۢ بَاطِنُهُ ۥ فِيهِ ٱلرَّحۡمَةُ وَظَـٰهِرُهُ ۥ مِن قِبَلِهِ ٱلۡعَذَابُ 13
  • Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah Kami supaya Kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Qs. Al-Hadid/57: 13)
  • Pada ayat 29-34 dari surat al-Muthaffifin (83) Allah berfirman: إِنَّ ٱلَّذِينَ أَجۡرَمُواْ كَانُواْ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يَضۡحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّواْ بِہِمۡ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا ٱنقَلَبُوٓاْ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِمُ ٱنقَلَبُواْ فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوۡهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّ هَـٰٓؤُلَآءِ لَضَآلُّونَ (32) وَمَآ أُرۡسِلُواْ عَلَيۡہِمۡ حَـٰفِظِينَ (33) فَٱلۡيَوۡمَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنَ ٱلۡكُفَّارِ يَضۡحَكُونَ 34 Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman (29.) Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya (30). Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira (31). Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat” (32). Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin (33). Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir (34). (Qs. Al-Muthaffifin/83: 29-34)

Kemudian pada ayat 16 orang-orang munafik itu dinyatakan bahwa usahanya tidak berhasil, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya berikut. (terjemah)

  • Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Qs. al-Baqarah: 16)
  • Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang munafik itu telah membeli kesesatan dengan petunjuk. Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa kesesatan mereka adalah karena perlakuan dan usaha mereka sendiri, bukan karena diciptakan demikian secara paksa. Sebab pada dasarnya manusia itu dilahirkan dalam keadaan beriman kepada Allah, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
  • وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡ‌ۖ قَالُواْ بَلَىٰ‌ۛ شَهِدۡنَآ‌ۛ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ 172 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.(Qs. Al-A’raf/7: 172)
  • Kemudian ayat tersebut (16) ditutup dengan firman-Nya “ Fa ma rabihat-tijaratuhum wa ma kanu muhtadin” (maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk). Karena usaha meraka tidak menghasilkan buah yang nyata, bahkan mereka merugi dan kecewa, karena perpanjangan kenikmatan kepada mereka dan penundaan hukuman bagi mereka tidaklah ada manfaatnya. Dan meraka tidak memperoleh petunjuk, karena mereka tidak dapat memahami al-Qur’an dengan pemahaman yang benar.

Untuk mempermudah pemahaman tentang sifat-sifat kaum munafiqin, Allah membuat perumpamaan bagi mereka, sebab penjelasan dengan perumpamaan lebih mudah dipahami. Maka pada ayat 17 dan 18 Allah mengungkapkan mereka dalam perumpamaan sebagai berikut (terjemah):

  • Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat (17). Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) (18). (Qs. Al-Baqarah: 17-18)
  • Karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, maka dalam menjelaskan makan dan maksudnya dipergunakan uslub(susunan) bahasa Arab. Amsal (perumpamaan) adalah salah satu uslub yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an untuk menjelaskan berbagai masalah. Sebab perumpamaan adalah lebih mudah dipahami, lebih mudah menembus jiwa seseorang, dan pengaruhnya sangat besar, serta lebih mampu menampakkan hal-hal yang tersembunyi dan lebih kuat dalam menghapus dan menghilangkan kesamaran. Untuk itulah Allah menggunakan perumpamaan dalam menjelaskan keadaan orang-orang munafik pada ayat tersebut.
  • Allah melukiskan keadaan orang-orang munafik ketika mula-mula masuk Islam dan cahaya iman pun masuk dalam hati mereka. Tetapi kemudian masuklah keraguan dalam jiwa mereka, lalu mereka mengingkari dan meninggalkan cahaya iman, karena meraka tidak memperoleh keuntungan dan kebaikan. Maka mereka akhirnya tidak dapat dapat melihat jalan hidayah dan tidak dapat mencapai jalan keselamatan, padahal cahaya iman itu telah menyinari orang-orang yang berada di sekitar mereka, yaitu orang-orang mukmin. Keadaan mereka dilukiskan seperti orang-orang yang menyalakan api untuk menghilangkan kegelapan di sekitar mereka. Tetapi setelah sinar itu menyinari tempat-tempat dan benda-benda di sekitarnya, turunlah kekuatan yang sangat rahasia yang turun dari langit, seperti hujan lebat atau seperti angin puyuh yang memporakporandakan dan memadamkan sinar tersebut, sehingga mereka berada dalam kegelapan dan tidak dapat melihat sesuatu pun yang berada di sekitar mereka. Kemudian mereka seperti orang yang bisu, tuli dan buta, seperti orang yang kehilangan panca indera, karena tidak dapat memfungsikan panca inderanya. Apa gunanya pendengaran jika tidak dimanfaatkan untuk mendengarkan petunjuk? Apa gunanya penglihatan jika tidak dimanfaatkan untuk melihat sesuatu yang baik untuk dijadikan pelajaran guna menambah hidayah?
  • Maka barangsiapa tidak memanfaatkan pendengaran, mulut dan penglihatan untuk kebaikan, seakan-akan kehilangan seluruh panca inderanya. Maka bagaimana mungkin mereka dapat keluar dari kesesatan atau kembali kepada kebenaran.
  • Al-Maragiy dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah membuat perumpamaan seperti disebutkan pada ayat 17 dan 18 bagi orang-orang munafik, karena meraka tidak memanfaatkan panca inderanya untuk kebaikan. (al-Maragiy, 1969, I: 59).
  • Menurut al-Qasimy, amsal (perumpamaan) biasanya dipergunakan untuk menjelaskan keadaan, kisah-kisah atau sifat yang mempunyai keistimewaan dan keajaiban, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya ketika menjelaskan keajaiban surga:
  • مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَ‌ۖ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہَا ٱلۡأَنۡہَـٰرُ‌ۖ أُڪُلُهَا دَآٮِٕمٌ۬ وَظِلُّهَا‌ۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ‌ۖ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَـٰفِرِينَ ٱلنَّارُ 35\ Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Qs. Ar-Ra’d/13: 35)
  • Pada ayat lainnya Allah berfirman:
  • لِلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأَخِرَةِ مَثَلُ ٱلسَّوۡءِ‌ۖ وَلِلَّهِ ٱلۡمَثَلُ ٱلۡأَعۡلَىٰ‌ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 60    Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. An-Nahl/16: 60)
  • Pada ayat lainnya Allah berfirman:
  • ذَٲلِكَ مَثَلُهُمۡ فِى ٱلتَّوۡرَٮٰةِ‌ۚ وَمَثَلُهُمۡ فِى ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطۡـَٔهُ ۥ فَـَٔازَرَهُ ۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِہِمُ ٱلۡكُفَّارَ‌ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنۡہُم مَّغۡفِرَةً۬ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا 29 Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). (Qs. Al-Fath/48: 29)
  • Kisah surga adalah kisah yang sangat menakjubkan, baik keindahan maupun kenikmatannya, sifat Allah adalah sifat yang Maha Agung dan Maha Mulia, dan pengikut Nabi Muhammad juga sangat menakjubkan. Karena itulah Allah menjelaskan dengan membuat perumpamaan-perumpamaan. (al-Qasimiy, 1978, II: 56).

Untuk lebih mengenal keadaan orang-orang munafik, baik mereka yang hidup pada masa permulaan Islam maupun yang hidup pada masa kini atau pada masa yang akan datang, Allah menggambarkan mereka dengan perumpamaan yang lain, sebagaiamana disebutkan pada ayat 19 dan 20 (terjemah):

  • Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir (19). Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu (20). (Qs. Al-Baqarah: 19-20)
  • Pada ayat 17 dan 18 Allah menggambarkan orang-orang munafik seperti orang yang menyalakan api, kemudian dia memadamkan lagi, sedang pada ayat 19 dan 20 Allah menggambarkan mereka seperti orang yang ditimpa hujan lebat, yang dapat melenyapkan pendengaran dan penglihatan. Yang demikian itu untuk menggambarkan keadaan orang-orang munafik dan menjelaskan kekejian perbuatan mereka, dengan tujuan untuk memberikan peringatan dan pelajaran agar berhati-hati terhadap mereka. Sebab mereka selalu menyebarkan fitnah dan kekacauan dalam masyarakat. Sebenarnya mereka telah memperoleh hidayah Ilahiyah dari langit, tetapi kemudian tertimpa kegoncangan iman dan kekacauan serta kegelapan taqlid .juga merasa takut terhadap orang-orang kafir yang ada di sekitar mereka ketika mengerjakan hal-hal yang bertentangan dengan pendapat mereka. Kemudian mereka mendapatkan cahaya hidayah lagi ketika didatangi seorang Da’i, dan tampaklah bagi mereka tanda-tanda kekuasaan Allah dengan jelas, karena adanya bukti dan hujjah yang kuat, maka mereka pun mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mengikuti kebenaran, karena cahaya hidayah tersebut. Namun kemudian mereka kembali lagi kepada kegelapan dan kegoncangan jiwa, serta kebingungan, bagaikan orang yang berada di padang pasir, yang ditimpa oleh kegelapan malam dan hujan lebat yang disertai angin ribut dan kilat, serta guruh yang keras dan menakutkan, sehingga mereka harus menutupi telinga mereka dengan jari-jari tangannya. Tetapi usaha tersebut tidaklah dapat menyelamatkan mereka dari bencana yang telah ditetapkan Allah SWT. Semua itu mengandung hikmah dan kemaslhatan yang kadang-kadang tidak dapat kita ketahui. (al-Maragiy, I: 60).
  • Rasyid Rida dalam tafsirnya memperingatkan agar berhati-hati terhadap penafsiran sebagian ulama yang kurang mengindahkan kesahihan sumbernya. Misalnya al-Jalal as-Siyutiy menafsirkan “ar-Ra’ad” (guntur) adalah Malaikat, atau suaranya, “al-Baq” (kilat) adalah cambuknya, untuk menghalau awan. Seakan-akan Malaikat adalah makhluk yang bertubuh, sebab suara yang dapat didengar adalah ciri-ciri makhluk yang bertubuh. Dan seakan-akan awan adalah binatang himar yang bandel, tidak mau berjalan kecuali dengan dihardik dan dicambuk berkali-kali. Demikianlah pemahaman sebagian orang Arab. Sebenarnya tidaklah boleh memalingkan dari makna alam syahadah (yang dapat dilihat) kepada makna alam ghaib (yang tidak dapat dilihat) yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Hanya saja sebagian mufassir senang mengumpulkan penafsiran-penafsiran yang tidak ada sumbernya, seperti kisah-kisah israiliyat yang berasal dari orang-orang Yahudi untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. (Rasyid Ridla, I: 174).
  • Sebagian besar kisah-kisah Israiliyat disampaikan oleh empat tokoh yang terkenal, yaitu: Abdullah bin Salam, Ka’ab al-Ahbar, Wahab ibnu Munabbih dan Abdul Malik bin Abdil Aziz bin Juraij. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa periwayatan dari mereka tidak dapat dipercaya, dan harus ditinggalkan. (Az-Zahabiy, 1976, at-Tafsir wa al-Mufassiruun, I:183).
  • Ayat tersebut ditutup dengan firman-Nya: “inna Allaha ‘ala kulli syai’in qadir”. (sesungguhnya Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu). Pernyataan tersebut sebagai ancaman terhadap orang-orang munafik, bahwa Allah berkuasa menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka jika berkehendak. Juga memberikan pengertian bahwa kehendak Allah amat erat kaitannya dengan kekuasaan-Ny

Sumber:

  1. (Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar-Rabih telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abi ‘Amir Abu Suhail dari ayahnya dari Abu Huarairah. Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan al-Nasa’i).
  2. Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin ‘Uqbah berkata: telah menceritakan kepada kami Sofyan dari al-‘Amsy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah bin Amr ra. berkata Rasulullah saw. bersabda: ada empat perkara yang barangsiapa (empat perkara ini) terdapat pada dirinya secara lengkap, maka dia itulah orang munafik yang sesungguhnya, dan barangsiapa yang terdapat padanya satu perkara sifat saja, maka ia termasuk munafik juga, hingga ditinggalkan sifat yang satu ini. (empat perkara itu) ialah: (1) apabila ia dipercaya ia berkhianat, (2) apabila berkata ia berdusta, (3) apabila berjanji ia ingkar, (4) apabila berdebat ia melampaui batas (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan al-Nasa’i).
  3. Drs. H. Saad Abdul Wahid dan berbagai sumber lainnya

 

https://islamislami.com/2016/06/12/apakah-anda-termasuk-umat-muslim-yang-munafik/

Pesan Allah Dalam Quran Untuk Politikus Yang Munafik

2 HADI MENIPU

3 WAJIB PERCAYA KEPADA NAJIB

 

2 DOSA SAHABAT DGN PEROMPAK

 

1 Ui Organ

1 UI TUNDUK

Pesan Allah Dalam Quran Untuk Politikus dan Partisan Politik Yang Munafik

Munafik adalah perbuatan yang tidak disukai Allah, Munafik dapat dilakukan untuk semua profesi seperti penguasa, pedagang, politikus, dokter, hakim atau profesional lainnya.Dalam tahun politik ini khususnya politikus, partisan politikus dan masyarakat lainnya ikut terseret dalam panasnya iklim politik.Tampaknya fenomena politik ini tampak mulai menunjukkan umat dan partaiyang dikelilingi oleh sekelompok orang munafik.Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar politikus Insonesia munafik. Sebesar 65,30 persen publik menyatakan apa yang biasanya diucapkan elite berbeda dengan perbuatannya Umat Indonesia akan menilai siapa saja politikus dan partisan politik yang munafik itu. Allah berpesan dalam Quran khusus untuk umat yang munafik dalam berpolitik.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Ruly Akbar mengatakan publik sudah tidak percaya lagi kepada para politisi. Kepercayaan masyarakat terus menurun seiring dengan banyaknya perilaku elit politik yang menyimpang dan munafik.Dari riset yang dilakukan, LSI menyimpulkan ada tiga faktor utama yang menyebabkan tingkat kepercayaan publik terhadap politisi rendah.Yang pertama kata Rully adalah penilaian publik terhadap politisi tak bisa dijadikan teladan. “Hanya sebesar 47,10 persen publik yang menyatakan bahwa para elite politik yang dapat dijadikan contoh atau teladan dalam berperilaku. Sedangkan mayoritas publik yaitu sebesar 52,10 persen, menyatakan lebih banyak elite politik yang tidak bisa dijadikan contoh atau teladan,” kata Rully dalam paparan hasil survei LSI, bertajuk “Moralitas Publik pada Elit di Titik Nadir”, Minggu (7/7) di Jakarta.

Rully menjelaskan banyaknya elite politik yang perilakunya bertentangan dengan etika normatif sehari-hari ataupun agama, membuat publik mengalami krisis tokoh yang patut diteladani.“Banyaknya politisi yang terlibat kasus korupsi dan kasus moral (perselingkuhan dan lain-lain) membuat publik ragu terhadap komitmen moral politisi tersebut,” ujarnya.Alasan kedua, Ruly membeberkan, publik menilai elite cenderung melakukan sikap dan tindakan hipokrit atau munafik.Hipokrit yang dimaksud ucapan tidak sesuai dengan perbuatan. “Sebesar 65,30 persen publik menyatakan apa yang biasanya diucapkan elite berbeda dengan perbuatannya. Sedangkan yang percaya hanya 26,70 persen. Yang tidak tahu atau tidak menjawab 8 persen,” paparnya.Yang ketiga adalah disparitas antara klaim agama dan perilaku para elite.Publik menilai semakin ada jarak antara klaim ajaran agama elit dan praktek politiknya. Hanya 36,5 persen publik yang menilai politisi bertindak sesuai dengan keyakinan dan ajaran agama. Sebesar 37,5 persen menyatakan lebih banyak politisi yang bertindak bertentangan dengan ajaran agamanya. Dan 26 persen tidak tahu atau tidak menjawab.Riset ini menggunakan quick poll dengan “smartphone LSI” dan metode multistage random sampling. Jumlah responden 1200, dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen

Munafik atau Nifak

Nifak merupakan sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT, sehingga mereka yang tergolong orang-orang munafik (orang yang memiliki sifat nifak) akan mendapatkan siksa yang amat pedih. Nifak sendiri terbagi dua, yakni nifak i’tiqadi (aqidah/keyakinan) dan nifak ‘amali (perbuatan).Orang Islam yang beriman tidak mungkin melakukan nifak i’tiqadi, karena jenis nifak tersebut tidak mungkin bersamaan dengan keimanan.Yang harus diwaspadai bagi orang-orang mukmin adalah nifaq ‘amali.Untuk mengetahui ciri-ciri orang munafik silakan baca 3 Ciri Orang Munafik Dalam Islam Yang Harus Diwaspadai pada pembahasan sebelumnya.

Pesan Allah Dalam Quran Untuk Politikus dan Partisan Politik Yang Munafik

Surat Ali ‘Imran Ayat 156

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”. Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka.Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan“.

Surat An-Nisa’ Ayat 81

Artinya: “Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: “(Kewajiban kami hanyalah) taat”. Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah.Cukuplah Allah menjadi Pelindung“.

Surat An-Nisa’ Ayat 138

Artinya: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih“.

Surat An-Nisa’ Ayat 140

Artinya: “…Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam“.

Surat An-Nisa’ Ayat 142

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas.Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia.Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali“.

Surat An-Nisa’ Ayat 145

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”.

Surat Al-Anfal Ayat 49

Artinya: “(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang beriman) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.

Surat At-Taubah Ayat 56

Artinya: “Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu)“.

Surat At-Taubah Ayat 63

Artinya: “Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahannamlah baginya, mereka kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar“.

Surat At-Taubah Ayat 67

Artinya: “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik“.

Kumpulan Ayat Allah Yang Menjelaskan Tentang Orang Munafik
Surat At-Taubah Ayat 68

Artinya: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal“.

Surat At-Taubah Ayat 79

Artinya: “(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih“.

Surat Hud Ayat 5

Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad). Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati“.

Surat Al-Ahzab Ayat 12

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya“.

Surat Al-Ahzab Ayat 48

Artinya: “Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung“.

Surat Al-Munafiqun Ayat 1

Artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta“.

Surat At-Tahrim Ayat 9

Artinya: “Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali”.

 

https://islamislami.com/2018/04/21/pesan-allah-dalam-quran-untuk-politikus-dan-partisan-politik-yang-munafik/

Tidak Ada Assobyiyah dalam Islam

1 Penipu1 B PERKAUMAN1 PERKAUMAN1 hadi 901 HADI DUSTA

Belajar Islam Dari Sumbernya
RABU, 12 AGUSTUS 2015

Tidak Ada Assobyiyah dalam Islam

Pertama kali yang diperbuat oleh Islam dalam persoalan ini, yaitu: Islam tidak mengakui assobiyyah dengan segala macamnya, dan mengharamkan kaum muslimin menghidup-hidupkan setiap perasaan atau apa saja yang mengajak kepada assobiyyah.
Rasulullah sendiri telah mengumandangkan pernyataan, bahwa orang yang berbuat demikian tidak akan diakui sebagai ummatnya.
Sabda Nabi:
“Bukan dari golongan kami siapa saja yang mengajak kepada assobiyyah, bukan pula dari golongan kami orang yang berperang karena assobiyyah, dan tidak juga termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (Riwayat Abu Daud)
Tidak ada keistimewaan khusus karena warna kulit, karena jenis dan karena tanah air. Dan tidak halal seorang muslim merasa fanatik (ta’asshub) karena warna kulitnya melebihi kulit orang lain, karena golongannya melebihi golongan lain dan karena daerahnya melebihi daerah orang lain.
Dan tidak halal pula seorang muslim membela golongannya karena ta’asshub baik dalam kebenaran, kebatilan, keadilan dan kecongkakan.
Wailah bin al-Asqa’ pernah bertanya kepada Rasulullah: “Apakah yang disebut assobiyyah itu?” Maka jawab Nabi: “Yaitu kamu membela golonganmu pada kezaliman.” (Riwayat Abu Daud)
Dan Allah telah juga berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan sebagai saksi karena Allah sekalipun terhadap diri-dirimu sendiri, atau terhadap kedua orang tua dan kerabatmu.” (an-Nisa’: 135)
“Dan jangan sampai karena kebencianmu terhadap suatu kaum menyebabkan kamu tidak berlaku adil.” (al-Maidah: 8)
Rasulullah menterjemahkan mafhum kalimat ini yang sudah sangat popular di kalangan orang jahiliah dan diartikan menurut lahiriahnya. Maka sabda beliau:
“Tolonglah saudaramu yang menganiaya ataupun yang dianiaya.”
Setelah Rasulullah menyampaikan terjemahan ini kepada para sahabatnya yang sesudah lebih dahulu meresapkan iman ke dalam hati mereka, karena apa yang diucapkan oleh Rasulullah itu ada maksud lain, maka para sahabatnya merasa heran dan tercengang. Justru itu mereka kemudian bertanya:
“Ya Rasulullah! Kami bisa saja menolong saudara kami yang dizalimi, tetapi bagaimana kami harus menolong saudara kami yang berbuat zalim?” Maka jawab Nabi: “Yaitu kamu tahan dia dari berbuat zalim. Yang demikian itu berarti suatu pertolongan buat dia.” (Riwayat Bukhari)
Dari sini kita dapat mengetahui, bahwa setiap anjuran di kalangan kaum muslimin kepada fanatik daerah seperti ajakan untuk fanatik chauvinisme, atau ajakan untuk fanatik kepada golongan sentris seperti nasionalisme, adalah propaganda jahiliah yang samasekali tidak diakui oleh Islam, oleh Rasulullah dan oleh al-Quran.
Islam samasekali tidak mau mengakui setiap loyalitas yang di luar kepercayaan Islam. Tidak juga mengakui setiap perserikatan yang bukan ukhuwah Islamiah. Dan tidak pula mengakui setiap ciri yang membedakan manusia, selain ciri iman dan kafir. Oleh karena itu setiap orang kafir yang menentang Islam adalah musuh orang Islam kendati dia bertetangga dan salah seorang dari anggota keluarga, bahkan kendati dia itu saudara kandung sendiri. Sebab Allah telah berfirman:
“Kamu tidak dapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir itu menaruh cinta kepada orang yang ingkar kepada Allah dan Rasulnya sekalipun mereka yang ingkar itu ayah-ayah mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka atau keluarga mereka.” (al-Mujadalah: 22)
Dan firmanNya pula:
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan ayah-ayah kamu dan saudara-saudara kamu sebagai kekasih (ketua), jika mereka itu lebih suka kufur daripada beriman.” (at-Taubah: 23)
 Halal & Haram Dalam Islam
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Fatwa-fatwa yang menyeleweng, sesetengah pentaksub Parti dan Jamaah Islam.
Kitab ” Fiqh Daulah Menurut Perspektif Islam,
bab:   Jemaah Dariapada Umat Islam bukannya
          Jama’ah al-Muslimin,
Dr,Yusof Al-Qardawi menyebutkan dengan jelas dan terang, berkaitan dengan makna jemaah Islam,
Antaranya fahaman2 yang Salah dan Menyeleweng berlaku pada pendokong sesetengah Jamaah @ Parti Islam.
1- Ada fahaman yang salah, tentang kefahaman jemaah, yang hanya menganggap diri mereka sahaja sebagai mewakili kebenaran yang sebenar dan kumpulan lain @ jemaah lain berada di dalam kebatilan @ kesesatan.
2- Fahaman yang Salah, adalah, ada pentaksub Jemaah menganggap diri mereka sebagai Jama’ah Al-Muslimin (sebagaimana yg Rasulullah sabdakan didalam hadithnya) dan sesiapa yang meninggalkan dan tidak masuk (tidak jadi ahli) ke dalam jemaah mereka maka dia bukanlah berada di dalam Jama’ah Al-Muslimin.
(yang dihukumkan sebagai sesat, batil, kafir dan halal darah)
3- Semua hadith yang menyatakan tentang جماعة dan kewajipan mengikuti jemaah dan bahaya memisahkan diri daripada jamaah (keluar jemaah @keluar parti) adalah dituju @ dianggap kepada jamaah mereka sahaja.
4- Mereka mengambil dan menafsirkan nas2 secara tidak sebenar dan tidak betul ( menyeleweng dan salah serta sewenang2nya) dan boleh menimbulkan keburukan, kerosakan dan fitnah kepada agama dan umat, kerana meletakkan dalil (AlQuran dan Hadith) bukan pada tempat yang sebenarnya,
5- Mereka menganggap kebenaran hanya sentiasa bersama jemaah @ kumpulan dan parti mereka sahaja dan tidak bersama jemaah lain selain mereka, dengan alasan2 yg mereka cipta bagi mengutamakan parti mereka sahaja dan menafikan,menidakkan dan memburokkan  jemaah lain.
6- Mereka menggariskan beberapa ciri2, dari sudut pemikiran, ilmiah, akidah, dan Akhlak yg kononnya menjadi ciri2 jemaah @ parti yang sebenar, lalu mengangggap semua ciri2 tersebut hanya ada pada jemaah @ parti mereka sahaja.
7- Mereka berhujah,Faktor usia jemaah @ jamaah yang pertama wujud, (paling panjang dan lama) sebagai satu-satunya ukuran dan hujah serta dalil untuk menentukan jemaaah yang sebenar dan benar. Dengan sangkaan palsu yg diada-adakan, jemaah yang paling dahulu wujud yang layak memiliki kebenaran @ memonopoli kebenaran dan pejuangan Islam yang sebenarnya dan sah.
8- Sehingga mereka mengeluarkan “fatwa dan hukum” Wajib dibubarkan jemaah baru dan tidak berhak untuk wujud dan kekal. Dengan asalan penerimaan orang ramai terhadap jemaah mereka.
9- Hatta, lebih daksyat lagi, mereka menfatwakan dan  menghukum kafir, munafik, halal darah dan boleh dihapuskan ahli jemaah baru., mereka berhujjah dengan hadith Rasulullah saw, (secara salah dan menyeleweng)
“Jika dibaiahkan (dilantik) dua orang Khalifah (pemimpin negara Islam) maka bunuhlah yang terakhir daripada keduanya. ( إذا بويع الخليفتين  فاقتلوا اﻻخر  منهما ),
Sekali lagi mereka menyelewengkan dan menafsirkan hadith secara salah dan tidak benar.
10- Fatwa-fatwa yang jahil dan berani ini, menyeleweng dan tidak soheh, yang datang daripada pemimpin yang tidak matang serta menyeleweng dari sudut syariat, telah mengundang dan membuka pintu fitnah kepada agama serta mencemar kesucian Islam, boleh membawa kepada kebinasaan yang dahsyat.
Lalu Dr.Yusof AlQardawi, mengungkapkan kata2 Ulama silam, tentang fatwa menyeleweng yng mereka itu,,
” Sesetengah orang yang memberikan fatwa kepada manusia pada hari ini, lebih layak dipenjara daripada seorang pencuri,!
Ini disebabkan pencuri hanya merosakkan dunia manusia, sedangkan mereka merosakkan kesucian agama manusia.
Kitab, Feqh Daulah,
Muka surat 230-232, C&P.