Setelah 2 tahun penundaan, Trump akhirnya meluncurkan rencananya terkait Timur Tengah, yang ia sebut sebagai “Deal of the Century”, atau “Perjanjian Abad ini”. Rencana dalam bentuk proposal itu diberi judul: “Kedamaian untuk Kesejahteraan: Sebuah Visi untuk Meningkatkan Taraf Hidup Rakyat Palestina dan Rakyat Israel.” Proposal ini adalah hasil negoisasi AS dan Israel, tanpa melibatkan Palestina, yang menolaknya sejak awal. Otak dari proposal ini adalah menantu Trump, Jared Kushner, yang seorang Yahudi, penasehat pemerintah juga developer real estate. Rencana itu dipublikasikan oleh Trump bersama Netanyahu di Gedung Putih, pada 28 Januari 2020. Utusan dari Bahrain, Oman dan Uni Emirat Arab ikut hadir. Perwakilan Palestina tidak ada satu pun yang diundang. Apa isi proposal yang ditolak mentah-mentah oleh Palestina ini? Sumber: Aljazeera, Arabian Business, Deutche Welle, Huff Post, Jakarta Post, Reuters, White House, Jerusalem Post.
SUBSCRIBEDKisah ini diceritakan seorang ahli sejarah dan wartawan Turki bernama Ilham Bardakci dan Said Terzioglu. Saat itu tanggal 21 Mei 1972, Ilhan dan Said sedang berada di daerah Masjid Al Aqsha. Dirinya sedang berjalan di daerah halaman Masjid Al Aqsha saat matanya melihat sang serdadu tersebut. Tinggi sang serdadu tua itu kurang lebih dua meter dengan wajah yang penuh bekas luka Serdadu tersebut berdiri dengan tegap mengawasi rombongan ahli sejarah tersebu Tinggi sang serdadu tua itu kurang lebih dua meter dengan wajah yang penuh bekas luka dan sepasang mata tajam. Serdadu tersebut berdiri dengan tegap mengawasi rombongan ahli sejarah tersebut. Pria ini bernama Kopral Hasan Igdirli, lelaki berusia 93 ini adalah tentara terakhir Turki Ustmani yang meninggalkan masjid al-Aqsha, pada tahun 1982, bukan pulang ke negaranya, tapi berpulang ke rahmatullah. Hasan bercerita, dirinya berasal dari Iğdır, Anatolia. Kala itu, pasukannya menggempur Inggris di Terusan Suez dalam sebuah perang besar. Namun tentaranya kalah hingga semua pasukan ditarik keluar dari Al-Quds. “Ketika Negara Utsmani jatuh, dan agar tidak terjadi penjarahan dan perampokan di kota – al-Quds – pasukan Turki meninggalkan satu unit tentara sampai pasukan Inggris memasuki al-Quds, (biasanya pasukan yang menang tidak memperlakukan unit tentara yang kalah diperlakukan sebagai tawanan seperti ketika bertemu mereka). Saya bersikeras agar saya menjadi salah satu anggota unit ini dan menolak untuk kembali ke negara saya. “Al-Quds adalah Pusaka Sultan Selim Han (Sultan Ottoman ke-9 dan Khalifah Utsmaniyah pertama). Tetap bertugas jaga di sini. Jangan biarkan orang-orang khawatir tentang ‘Ottoman (Utsmaniyah) telah mundur; apa yang akan kita lakukan sekarang”. Orang-orang Barat akan bersukacita jika Ottoman meninggalkan kiblat pertama umat Islam dari nabi kita tercinta. Jangan biarkan kehormatan Islam dan kemuliaan Ottoman diinjak-injak,” ujar seorang letnan, pemimpin Kopral Hasan. “Kami tinggal di al-Quds karena kami takut saudara-saudara kami di Palestina akan mengatakan bahwa Utsmani meninggalkan mereka. Kami ingin Masjid al-Aqsha tidak menangis setelah 4 Abad. Kami ingin sultannya para nabi, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, tidak bersedih. Kami tidak ingin dunia Islam berduka dan berkabung,” ujar Kopral Hasan. Sumber video: Son Muhafız ‘Kudüs’ ~ Penerjemah video: @alfath_elfath ~ Sumber artikel: Hidayatullah.com